Rabu, 23 Desember 2015

MEDIA RICHNESS THEORY ( TEORI KESEMPURNAAN MEDIA )

Media Richness Theory

Media Richness Theory atau teori kesempurnaan media muncul berdasarkan teori yang ada sebelumnya yaitu Contingency Theory. Media Richness Theory didasarkan pada teori ketidaktentuan dan teori pengolahan informasi. Media Richness Theory pertama kali dibuat adalah oleh Daft & Lengel ( 1984). Media Richness Theory, yang paling awal dan paling mewakili contoh teori kapasitas media, menekankan bahwa pertemuan antar kerancuan tugas dan kesempurnaan suatu saluran komunikasi adalah kunci untuk para manajer untuk mencapai efektifitas komunikasi. Media komunikasi di (dalam) organisasi bertukar-tukar dari satu jenis ke jenis lainnya dalam kaitan dengan daya-dukung informasi mereka, dengan kekayaan media dapat mempunyai suatu derajat yang tinggi mengenai daya-dukung informasi dan bersandar media adalah suatu derajat yang bertingkat rendah.
Teori Media Richness memandang media komunikasi berdasarkan kemampuan media untuk menyampaikan informasi ( Trevino, 1987).  Fokus Teori Media Richness ini adalah pada kemampuan media untuk memberikan umpan balik (feedback), isyarat non verbal, menjaga keutuhan pesan, dan menyajikan ekspresi emosi. Teori Media Richness  menempatkan Komunikasi Face-To-Face sebagai medium komunikasi yang paling kaya di (dalam) hirarki yang diikuti telepon, pos elektronik, surat, catatan, memo, laporan khusus, dan yang terakhir, flyer dan buletin. Tingkat kesempurnaan media ini, ditentukan oleh beberapa faktor berikut :

1.      Kemampuan feedback (feedback capability)
Kemampuan untuk memfasilitasi feedback yang segera

2.      Macam isyarat komunikasi yang dimanfaatkan
Tidak hanya informasi yang secara verbal saja yang disampaikan. Namun juga informasi yang bersifat non-verbal (ekspresi wajah, gerak tubuh, dll).

3.      Variasi Bahasa
Kemampuan untuk memfasilitasi pembicaraan termasuk beberapa bahasa yang natural.

4.      Fokus personal pada sumber
Kemampuan media untuk mengantarkan perasaan personal dan emosi dari pihak-pihak yang berkomunkasi.
Media Richness Theory menyatakan bahwa ketika kerancuan tugas adalah tinggi, berbagai penafsiran dan solusi adalah mungkin, dan dengan begitu suatu medium dengan suatu derajat tinggi daya dukung informasi adalah yang penting bagi tugas untuk ditangani secara efektif. Daft Dan Lengel menyajikan penggunaan empat ukuran-ukuran kedalam suatu hirarki kesempurnaan media, mengatur dari tinggi ke derajat tingkat kesempurnaan rendah, untuk menggambarkan kapasitas media mengetik untuk memproses komunikasi rancu di dalam organisasi.  Teori media richness menggunakan empat ukuran-ukuran untuk menggolongkan media organisatoris dalam kaitan dengan daya dukung informasi :
1.  The speed of  feedback; (kecepatan menghantarkan umpan balik/umpan balik dapat didapatkan secara sekejap)
2.      The capacity to carry multiple cues, such as verbal and nonverbal cues; (kapasitas untuk menghantarkan berbagai bentuk simbol, baik simbol verbal dan non verbal)
3.      The ability to use natural language; and (kemampuan (kualitas) pengunaan sealami bahasa aslinya)
4.      The degree of  personal focus (tingkat hubungan personal).
Menurut tori kesempurnaan media ini, jika tingkat kerancuan pesaan tinggi (sulit dipahami) dalam organisasi, maka gunakanlah media komunikasi yang paling kaya yaitu komunikasi face to face. Komunikasi face to face disebut kaya karena dapat memungkinkan terjadinya feedback yang segera, selain itu informasi yang disampaikan pun tidak hanya informasi yang bersifat verbal, namun juga non-verbal.

Berbeda dengan media komunikiasi yang disebut miskin seperti e-mail atau surat-menyurat yang tidak menghasilkan feedback dengan segera dan informasi yang disampaikannya pun hanya bersifat verbal (tulisan) saja. Pesan yang memiliki tingkat kerancuan rendah (dapat dengan mudah dipahami) dapat dikomunikasikan dengan media yang miskin atau tidak sempurna seperti surat menyurat yang bersifat tertulis. Teori ini juga mengatakan jika menggunakan media komunikasi yang miskin akan membawa organisasi ke arah penurunan mutu keluarannya (output).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar