Entah
sudah berapa lama aku selalu datang ke tempat ini. Entah sudah sudah berapa
banyak langkah kaki yang aku jejakkan untuk kembali ke tempat ini, dan entah
sudah berapa banyak waktu yang aku ulang untuk kembali ketempat ini. Namun
entah mengapa diri ini tak pernah bisa melupakan dan meninggalkan tempat ini. Tempat
dimana aku dan dia selalu datang dan kembali untuk bertemu.
Aku
selalu berdiri di tempat ini di bawah pohon cemara yang sudah ada sejak aku dan
dia masih bersama. Masih tergambar jelas dalam benakku setiap butir kebersamaan
yang aku dan dia lewati disini. Kadang aku merasa semua ini sia-sia, dia tak
kan pernah kembali ketempat ini, meskipun aku meminta dan berharap dia tak akan
pernah kembali. Meskipun air mata ini terus mengalir setiap aku kembali
ketempat ini dan mengingat semua tentang dirinya. Ya,,,,,, dialah Khai
laki-laki manis yang selalu aku tunggu disini hingga saat ini. Dia bukan
sekedar laki-laki bagi ku namun dia adalah sahabatku. Dia lah orang yang aku
sayangi setelah keluargaku sendri.
Aku teringat bagaimana dia selalu ada di sampingku
saat aku senang maupun susah, dia selalu mengerti bagaimana membuatku tersenyum
saat aku bersamanya. Semakin luas mata ini memandang hamparan
datar ini, semakin terasa ada sesuatu yang tajam menghantam dadaku ini, aku tau
ini menyakitkan bagiku, namun aku harus kuat, lebih kuat dari apa yang bisa aku
lakukan saat aku kehilangan dirinya.
Aku tau sekarang aku tak akan pernah
bisa bertemu lagi dengannya. Karna aku saat ini hanyalah masa lalu yang jauh
sudah ia tinggalkan dan ia lupakan. Dia takkan pernah
kembali..............!!!!!!. Dia sudah pergi jauh meninggalkan tempat ini dan
semua yang ada tentang aku. Tidak akan ada lagi orang yang selalu datang saat
aku memanggil namanya, yang datang untuk menghapus air mata yang jatuh karna
kesediahan dan tidak akan pernah ada lagi, dia yang menghibur dan melukis tawa
di hidupku.
Tuhan!! Aku mulai lelah saat aku sadari
air mata ini mulai membasahi pipi. Bayangan itu membawaku ke saat-saat
dimana aku kehilangan dirinya. Masih sanggat aku ingat 8 tahun lalu saat itu
kami masih duduk di bangku SMP. Kami berkenalan layaknya teman biasa pada
umumnya, kami semakin dekat karna Khai
berpacaran dengan sahabatku Rhea.
Namun hubungan mereka tak berjalan lama.
“ Dhea aku putus ni, ama Khai..” ujar Rhea saat jam
pulang sekolah.
“ kalian putus? Kenapa ? sahutku
“ aku kan dah pernah bilang ama kalian, aku gak suka
ama Khai, kalian aja yang maksa aku buat nerima Khai”. Jawab Rhea
“ ia sih, bener. Ya udah mana yang baik buat kalian
aja yang penting kita, dan dia tetep temen kan ???”. celotehanku mengantarkan
kami ke persimpangan rumah.
Entah dari mana awalnya, Khai mulai sering menghubungi
aku, sekedar untuk menanyakan kabar aku dan Rhea. 3 tahun berlalu, kami lulus
SMP, hubungan Rhea dan Khai berjalan wajar. Namun ada lain, aku tidak pernah
menyangka, bisa masuk sekolah yang gak pernah bisa aku bayangin sebelumnya,
sekolah yang gak pernah aku tau sebelumnya, namun sekolah itulah yang menjadi
pelabuhanku. Entah ini takdir atau kebetulan. Aku dan Khai bisa masuk sekolah
yang sama. Hari-hari mulai berlalu, semakin hari hubunganku dan Khai semakin
erat. Kami sering pergi bersama, menghabiskan waktu bersama.
Aku ingat saat itu, aku dan dia selalu datang ketempat
ini, tempat aku dan dia mengukir persahabatan kami diatas lembaran kulit pohon
yang mulai terukir nama kami disana. Mungkin ini terlihat norak. Tapi entah
kenapa aku selalu senang melakukannya. Karna bagi ku ukiran ini abadi. Tak akan
pernah hilang layaknya ukiran diatas pasir pantai yang akan cepat tersapu oleh
ombak yang datang silih berganti.
Hari ini tepat hari ulang tahunku, 20 Februari 2015.
Masih teringat jelas 4 tahun yang lalu saat aku masih bersamanya. Dia
memberikanku hadiah yang sangat manis. Berbulu, kecil, dan lucu. Ya, Hemster
kecil berwrna belang tiga itu kuberi nama “Happy”, karna dia melambangkan
kepedulian sahabatku yang memberikan kebahagiaan buatku. Namun semua ini tak
bertahan lama. Mungkin ini pertanda atau firasat buruk akan kepergian. Tapi
kenyataannya Happy mati. Tepat dimana aku dan Khai berdebat hebat disekolah.
“ jagan pernah ganggu aku, sapa aku, atau dekati aku
lagi!!! Anggap kita tidak pernah mengenal !!!!”. Pekik ku kepada Khai. ( emosiku
tak karuan )
“ pandangan kosong “ terdiam. Hanya sorotan mata kosong yang aku
lihat dari wajahnya.
Tak keluar satu patah pun kalimat yang ia lontarkan
kepada ku saat itu.
Inilah kesalahan aku yang pertama, membiarkan dia
berpaling dan sedikit demi sedikit lenyap dari pandanganku.
Kedua, kupertahankan Ego ku, dan merubahnya menjadi
perang dingin yang tak tau apa sebabnya.
Dan ketiga, aku hanya diam tanpa melakukan apap-apa
saat aku sadari ia mulai pergi jauh meninggalkan aku.
Yahh....., ini lah kebodohanku yang sampai saat ini
menghancurkanku, membuatku menyesal hingga saat ini. Namun penyesalan yang tak
berujung ini adalah buah kesombongan ku. “Mulutmu Harimaumu”, pepatah lama ini
ternyata benar. Kadang ucapan akan lebih menyakitkan dibandingkan dengan
perbuatan yang melukai fisik. Karna ucapan tak terlihat hanya dapat dirasakan
dan melukai hati serta perasaan seseorang.
Keegoisan yang tinggi hanya mengantarkan kita kejurang
penyesalan. Jika berbuat salah sebaiknya langsung meminta maaf, bukan
bersikeras untuk membenarkan diri. Dan membuat semuanya berlarut dan semakin
lepas dari genggaman. Inilah hal yang sampai saat ini membuatku menyesal. Sosok
dirinya bagaikan bayangan, bisa terlihat namun tak nyata. Sekarang aku hanya bisa
melihatnya di kejauhan saat dia kembali ke kota ini. Dan mengikutinya lewat
jejaring media sosial.
Kenyataannya dia telah melupakanku, tak mengingatku,
tak mengenalku, menghapus semua memori tentang aku. Mungkin inilah yang disebut
AMNESIA. Bukan karna kecelakaan namun karna luka yang dalam dari sebuah ucapan
dan keegoisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar